Thursday, January 18, 2007

Dari Dinding


"ku sayangki ibuuuu..sudamo kodong..sudamo..ampummaaa.."

Sudah dua malam ini kami sering terjaga sampai subuh
karena mendengar lolongan anak kecil yang sampai sekarang
tidak kami ketahui seperti apa wajahnya, berapa umurnya,
atau apakah balur-balur memar menghiasi wajah dan tubuhnya.
kami baru pindah ke kosan itu dua hari lalu, sejak banjir mengintai kosan kami sebelumnya.
saya dan seorang kawan tinggal di kamar 27 lantai dua.
Sedang di lantai dasar khusus untuk orang-orang yang sudah berkeluarga.
salah satunya adalah anak kecil bersuara pilu yang tinggal bersama ibu dan ayahnya.

Malam itu saya terhenyak dari tidur karena suara anak kecil yang
berkali-kali memohon diampuni disambut suara gertakan wanita yang mungkin adalah ibunya. sekali dua kali terdengar suara gebukan. yang langsung disambung suara meringis menahan isak tangis. jeritannya tertahan menjadi semacam dengkingan anjing yang kena lempar batu kali.
saya sungguh tidak tahu harus berbuat apa mendengarnya.

pun ketika suara laki-laki datang, tangisnya kembali mendengking dan memelas
"Ayaaaah..panggilnya dengan memelas, takut dan terisak
"sudamo kodong ayaaah..am..am..ampumma [ampun ma: ampuni saya]"

tangisnya yang memohon-mohon baru reda setelah adzan subuh terdengar
ahh..bagaimana nasib si kecil sebentar malam...

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home