Thursday, April 8, 2010

Catatan Pesisir

Day 1
(25 january 2010)

SURGA PANTAI

Inilah negeri para pemberani dan petarung laut. Tempat pemuda-pemuda liat menggerus kayu menjadi kapal Sandeq. Akhirnya saya menyaksikannya sendiri. Sebelumnya hanya membaca kisah pria bersarung dalam Maryamah Karpov, novel keempat dari tetralogi Andrea Hirata Seman. Mulai hari ini, saya tidak sekedar membaca. Saya akan memulai kisah saya sendiri dari ujung desa Pamboang.

Banyak cemas yang mengiringi saya ke tempat ini. Cemas memikirkan bagaimana cara membaur dengan para guru, keberhasilan program dampingan bahasa inggris, tanggapan head project, penerimaan guru dan banyak lagi cemas lainnya. Saya jadi ingat pesan Yusrianti Pontodjaf sebelum berangkat. “jangan diam, harus cerewet, karena tidak ada fasilitator yang pendiam”. Bukannya termotivasi, saya malah menjadi kian cemas.
Saya tiba pagi tadi bersama tim dari Yayasan Pengembangan Pendidikan dan Telematika Indonesia, Jakarta. Mereka saya jemput di bandara internasional Hasanuddin pagi sebelumnya. Head project-nya adalah Hikmat Hardono yang didampingi ibu Yundriati Erdani. Dua-duanya dari UGM dan dua-duanya berkacamata. Penampilan mereka ini adalah kecemasan berikutnya bagi saya.
Sepanjang jalan saya berusaha memancing pembicaraan dan menjadi agak comel. Tapi semakin lama, bahan pembicaraan saya mulai berkurang, sampai akhirnya habis. Begitu memasuki Polman, Saya diam membeku. Habis semua kata. Tidak tersisa. Saya langsung putar otak karena ini sudah melanggar pesan kak Yus. Tapi otakku yang bebal ini, semakin diputar semakin beku, dan semakin kaku juga lidah saya. Pikiran saya begitu sibuk berlatih untuk memulai lagi pembicaraan. Namun semakin banyak ide yang muncul, semakin terkatup bibir saya. Akhirnya saya hanya berbicara sendiri dalam pikiran. Tidak satupun berubah menjadi ucapan. Sesekali keluar juga, namun hanya berupa gumam tidak jelas. Telingaku sendiripun susah mendengarnya, apalagi mereka. Jadi soal ini, Maafkan saya kak Yus.

Setelah melalui perjalanan yang kaku dan melelahkan otak, saya tiba di SMK 3 Pamboang. Sebuah sekolah kejuruan laut yang berada di ketinggian tepi tebing. Sungguh-sungguh di tepi. Jauh dibawahnya, terhampar laut biru tua dengan bis biru pucat dan krem. Yang berwarna krem itu tak lain tak bukan, liukan pantai Pamboang yang berkelok dengan dramatis. Hmm surga pantai yang difilmkan “The Beach” tak ada apa-apanya dibanding pantai Pamboang. Pantai yang syahdu dan aktifitas pembuat perahu mandar adalah kombinasi indah tak terkira. Hemat pikirku, harusnya bisa mendatangkan wisatawan asing.

Saya anggap saja ini hadiah manis dari tuhan. Pengganti pesangon yang hanya tinggal mimpi. Tapi berada di sini bukan mimpi. Saya harus mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk menghadapi segala kemungkinan, seperti saya bisa menghadapi keindahan Majene dengan lapang dada (nassami!)

After all, here i come, Majene!

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home