Sunday, August 10, 2008

Catatan perjalanan: A Lot More Stars

Saya cukup beruntung kali ini. Karena bisa mendapat izin cuti selama 15 hari. Tentunya dengan proses yang cukup mendebarkan. Karena beberapa orang sebelum saya selalu gagal memperoleh haknya itu setiap tahun. Alasannya selalu saja ada. Mulai dari kurang tenaga,
kerjaan yang menumpuk, deadline untuk beberapa program, janji yang belum acc dan sebagainya.

Kali ini, Tuhan unjuk kebolehan. Saya memperoleh ijin dengan mudah. Cuma ya ... dasarnya manusia, selalu fokus pada keinginan-keinginan baru setelah berhasil menaklukkan kebutuhan lainnya, bukannya bersyukur atas apa yang berhasil di capai. Tapi selalu merajuk untuk permintaan baru. Manusia yang saya maksud, adalah saya belaka.
Meski sudah dapat permit, selebihnya saya agak keki, karena sebenarnya saya sudah merancang model liburan yang saya inginkan. Cuti ini sudah ada peruntukannya sejak awal saya rencanakan. But things are'nt always like we want it to be, do we?

Saya memang butuh istirahat setelah tiga tahun bekerja tanpa jeda. Yang saya butuhkan tidak banyak. Cuma tempat yang tenang (dan itu masih banyak tersebar di pulau sulawesi), tanpa listrik, tanpa bising kendaraan dan kalau bisa tanpa nyamuk.

Plihan terakhir ini sepertinya mustahil. But thanks to Sorowako. Ternyata ada juga tempat di Indonesia yang bebas nyamuk. What a place. Jadi saya bisa tidur dengan nyenyak tanpa asap obat nyamuk bakar, atau pedis asap obat nyamuk listrik atau pengap aroma kelambu.
Tempat ini tentu sudah punya siklus sendiri. Efeknya ke saya, hidup jadi lebih sehat selama 4 hari di sana. Bangun lebih pagi karena cekikikan 4 bocah kecil, Wawa, Nailah, Syafiq dan Nuyu, yang sungguh sulit untuk ditolak. Sebenarnya agak tidak rela juga melepas mimpi indah tentang dia yang kian waktu menjelma mimpi buruk. Tapi berkat mereka saya jadi punya kesibukan pagi yang jauh dari rutinitas biasanya: memenuhi permintaan mereka untuk bermain. Fiuh, saya baru sadar kenapa dulu orangtua perlu marah-marah kalau kita tidak mau berhenti bermain. Karena bermain ternyata melelahkan untuk orang dewasa.

Saya agak geli menyebut diri orang dewasa, bukan karena saya belum berpikiran dewasa, tapi saya yang kanak-kanak dulu begitu membenci orang dewasa. Mereka terlalu banyakengucapkan kata "jangan" dan "tidak boleh". I'm nothing like that. I wont!

Selain kota bebas nyamuk, kota multi ras ini juga didesain dengan baik. Pemukiman yang nyaman, hijau, jalan beraspal yang mengingatkan saya film Dawson's Creek, dan danau Matano yang cukup lihai menipu mata. Waktu tiba pertama kali, saya menyangka sedang berada di
pantai. Saking luasnya danau ini. Rumput hijaunya di sepanjang pantai sungguh membasuh pekat di mata yang sebelumnya sudah dijejali dengan radiasi komputer, emisi gas buang dan promosi jumbo sale. I wanna lay down here for a year.
Sayang belakangan ini, kondisinya tidak terlalu diperhatikan sehingga banyak sampah plastik yang terseret ombak ke daratan. Bingkai yang buruk. .

Hal menyenangkan lainnya adalah, Jogging di tracking line. Tidak perlu takut terserempet kendaraan yang ugal-ugalan seperti di Kampus Unhas atau di pinggir jalan raya Makassar. Tempat ini lebih ramah pejalan kaki. Setelah menempuh jarak menanjak sepanjang 3,5 km, akhirnya saya tiba di puncak poci. Saya ingin berada di sini lebih lama. Tertimbun riuh daun, lalu bangkit kembali.

Setelah meninggalkan Sorowako selanjutnya waktu saya lebih banyak lunas di perjalanan. dari kota satu ke kota lain. Mencoba menghilang tapi selalu kesasar ke tempat yang hingar bingar.
Sebenarnya sepi.

Nanti setelah tiba di Kolaka Utara, saya kembali bernafas lega. Ternyata langit di sini dianugrahi bintang yang lebih banyak dari kota. Jauh lebih banyak!

Jadi seperti sebuah skenario film, cerita dibuka dengan awal yang bagus, klimaks di perjalanan dan ditutup dengan naskah yang dramatis dan melankolis. 15 hari tunggang langgang antara sorowako, wajo, sidrap, dan kolaka bukan sesuatu yang sia-sia. Jika hari ini saya belum mengerti untuk apa Tuhan mengatur skenarionya seperti ini, mungkin besok saya sudah paham.

Terima kasih Tuhan, Have i told you that i love you???

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home