Februari ini saya jadi kesetanan kalau ketemu dengan toko. Mulai dari yang kelontong sampai yang menyegarkan kerongkong. Sale Graphis bikin saldo di tabunganku jadi ikut tragis. Susah nian ketemu barang gratis. Saya jadi kalap memborong beberapa potong kemeja dan tunik. Untuk mengurangi perasaan bersalah karena menjadi sangat konsumtif. Saya sempatkan juga untuk ngintip sebentar ke Gramedia. Ternyata setan kalapnya masih kebawa. Akhirnya beli buku jadi membabi buta. Padahal di rumah masih ada bukunya Butet Manurung yang belum kebuka plastiknya. Maruk tooooh???
Tapi saya sudah melakukan awal yang baik dengan buku-buku ini. Kami sudah melakukan gencatan senjata. Yang harus saya lakukan hanya membaca halaman-halamannya dan mereka menghadiahkan saya tidur yang nyenyak. Kadang ada bonusnya, mimpi yang indah.
Kemarin Elevent Minutes sudah tuntas. I finally conclude the answer of why this life becoming so this fucked up. Jawabannya ya gara-gara sebelas menit itu tadi. I think, i feel in love with this Coelho. Buku yang kedua masih menunggu. Semoga minggu ini tidak ada lagi yang menginterupsi waktu liburku. I need my time. We need to enjoy this limited time of life, dont we?
Besok saya akan ceritakan sedikit tentang sebelas menit itu. Malam ini lelah betul. Pingin cepat-cepat pulang. Mengusap lembut perutnya yang sudah masuk bulan ke enam. Saya suka takjub membayangkan ada sepasang mata dan pipi menggemaskan yang menumpang di balik kulit perutnya. Yang terus tumbuh dan menendang induk semangnya. Semua karena sebelas minute itu, lagi.