Monday, January 22, 2007

Sendiri



Di rongga yang kusebut hati
ada gemuruh semarak
yang sanggup menodai pipiku dengan rona
terima kasih untuk itu.

Tapi bukankah semua bunga memiliki warnanya sendiri?
seperti masing-masing senar dengan dentingnya
kebersamaan ini akan menjelma bumerang
tidak ada yang selamanya sayang

suatu hari kau akan berjalan memunggungi aku
sedang aku tidak akan pernah siap menghadapi hari itu


["aku mulai takut terbawa cinta..menghirup rindu yang sesakkan dada.."]

Mahkamah Cinta


Besok..
Bocah ringkih itu harus membela dua orang yang berseberangan
duaduanya benar
duaduanya salah
memang bukan masalah benar salah
mereka hanya saling mengadili
untuk mendapat pengakuan resmi siapa berkorban paling mulia
siapa berlaku paling terhormat
siapa pula paling bijak
harapan terakhir adalah pengadilan cinta ini
semoga ketuk palunya membawa sukacita

ia hanya anak
datang melihat persaksian masing-masing
lalu kembali dengan segumpal cekat
"saya tak begitu berarti ternyata.."

di mana bahu yang dijanjikan itu?

Thursday, January 18, 2007

Dari Dinding


"ku sayangki ibuuuu..sudamo kodong..sudamo..ampummaaa.."

Sudah dua malam ini kami sering terjaga sampai subuh
karena mendengar lolongan anak kecil yang sampai sekarang
tidak kami ketahui seperti apa wajahnya, berapa umurnya,
atau apakah balur-balur memar menghiasi wajah dan tubuhnya.
kami baru pindah ke kosan itu dua hari lalu, sejak banjir mengintai kosan kami sebelumnya.
saya dan seorang kawan tinggal di kamar 27 lantai dua.
Sedang di lantai dasar khusus untuk orang-orang yang sudah berkeluarga.
salah satunya adalah anak kecil bersuara pilu yang tinggal bersama ibu dan ayahnya.

Malam itu saya terhenyak dari tidur karena suara anak kecil yang
berkali-kali memohon diampuni disambut suara gertakan wanita yang mungkin adalah ibunya. sekali dua kali terdengar suara gebukan. yang langsung disambung suara meringis menahan isak tangis. jeritannya tertahan menjadi semacam dengkingan anjing yang kena lempar batu kali.
saya sungguh tidak tahu harus berbuat apa mendengarnya.

pun ketika suara laki-laki datang, tangisnya kembali mendengking dan memelas
"Ayaaaah..panggilnya dengan memelas, takut dan terisak
"sudamo kodong ayaaah..am..am..ampumma [ampun ma: ampuni saya]"

tangisnya yang memohon-mohon baru reda setelah adzan subuh terdengar
ahh..bagaimana nasib si kecil sebentar malam...