Sunday, August 10, 2008

Catatan Perjalanan: I Do Leave You There!

Saya belum mengerti sedang berlari menjauh dari apa. Sehingga saya juga tidak bisa menjelaskan dengan benar keputusan saya. Maaf.

Saya letih menunggu kebahagiaan datang, seperti yang sudah berkunjung di hatimu saat ini. jadi saya putuskan untuk mencarinya sendiri, mengumpulkan serpihannya sehingga berwujud dan bisa dikenali. Persis seperti kisah May dalam film dini hari di TransTV --tidak perhatikan judulnya-- she's so fucking nerd, freak and clumsy. She's some kind of a joke to every living thing. None stood there beside her, even for a friend. She never got any attantion, not even a glimpse. Padahal May tidak minta banyak. May cuma ingin, orang melihatnya. Memperhatikan ketika ia berbicara. But none care! Makanya ia memutuskan untuk membentuk sendiri teman baiknya. May mengumpulkan semua bagian terbaik dari setiap orang yang dikenalnya. Tangan terbaik dari lelaki tempatnya menaruh hati, Kaki terbaik dari pasangan lesbi temannya, Wajah terbaik dari teman wanitanya, semua dijahit jadi satu.
Tapi meski semua sudah terpasang, teman barunya itu, tidak bisa diajak bercerita. Mozaik bangkai manusia juga tidak bisa mengerti perasaannya, dadanya tidak berdetak seperti dada May. Bahkan ketika matanya sendiri ia cungkil untuk di pasang di wajah teman barunya itu, May tetap tidak punya seseorang untuk memperhatikannya.

Trust me.. My Life wasnt that horrible.
Saya cuma ingin menghilang sejenak. Mencari sesuatu yang pernah saya sebut bahagia. Sesuatu yang mampu membuat saya tersenyum meski pekerjaan kantor dan semua masalah membentur dan menghancurkan saya. Saya pernah mengenal rasanya. Tapi tidak wujudnya.

Saya jujur tidak ingin berada di antara riuh rendah senyummu, senyumnya dan semua undangan. Saya bahkan tidak sanggup berada di dekatmu. Karena kenyataan antara kita terlalu kontradiktif. Aneka macam bunga dan kain warna warni itu justru akan menyesakkan dadaku dan mencekat tenggorokanku.
Saya tetap menyayangimu, saya hanya tidak ingin berada di sana.
Saya ingin pergi jauh. Cukup jauh untuk engkau jangkau, bahkan untuk diriku sendiri.

Selamat ulang tahun perempuanku.
Selamat menempuh hidup barumu pula.
Kalian masih harus menemukan sisi mana yang harus dipertemukan untuk menyelesaikan puzzle ini.

Catatan perjalanan: A Lot More Stars

Saya cukup beruntung kali ini. Karena bisa mendapat izin cuti selama 15 hari. Tentunya dengan proses yang cukup mendebarkan. Karena beberapa orang sebelum saya selalu gagal memperoleh haknya itu setiap tahun. Alasannya selalu saja ada. Mulai dari kurang tenaga,
kerjaan yang menumpuk, deadline untuk beberapa program, janji yang belum acc dan sebagainya.

Kali ini, Tuhan unjuk kebolehan. Saya memperoleh ijin dengan mudah. Cuma ya ... dasarnya manusia, selalu fokus pada keinginan-keinginan baru setelah berhasil menaklukkan kebutuhan lainnya, bukannya bersyukur atas apa yang berhasil di capai. Tapi selalu merajuk untuk permintaan baru. Manusia yang saya maksud, adalah saya belaka.
Meski sudah dapat permit, selebihnya saya agak keki, karena sebenarnya saya sudah merancang model liburan yang saya inginkan. Cuti ini sudah ada peruntukannya sejak awal saya rencanakan. But things are'nt always like we want it to be, do we?

Saya memang butuh istirahat setelah tiga tahun bekerja tanpa jeda. Yang saya butuhkan tidak banyak. Cuma tempat yang tenang (dan itu masih banyak tersebar di pulau sulawesi), tanpa listrik, tanpa bising kendaraan dan kalau bisa tanpa nyamuk.

Plihan terakhir ini sepertinya mustahil. But thanks to Sorowako. Ternyata ada juga tempat di Indonesia yang bebas nyamuk. What a place. Jadi saya bisa tidur dengan nyenyak tanpa asap obat nyamuk bakar, atau pedis asap obat nyamuk listrik atau pengap aroma kelambu.
Tempat ini tentu sudah punya siklus sendiri. Efeknya ke saya, hidup jadi lebih sehat selama 4 hari di sana. Bangun lebih pagi karena cekikikan 4 bocah kecil, Wawa, Nailah, Syafiq dan Nuyu, yang sungguh sulit untuk ditolak. Sebenarnya agak tidak rela juga melepas mimpi indah tentang dia yang kian waktu menjelma mimpi buruk. Tapi berkat mereka saya jadi punya kesibukan pagi yang jauh dari rutinitas biasanya: memenuhi permintaan mereka untuk bermain. Fiuh, saya baru sadar kenapa dulu orangtua perlu marah-marah kalau kita tidak mau berhenti bermain. Karena bermain ternyata melelahkan untuk orang dewasa.

Saya agak geli menyebut diri orang dewasa, bukan karena saya belum berpikiran dewasa, tapi saya yang kanak-kanak dulu begitu membenci orang dewasa. Mereka terlalu banyakengucapkan kata "jangan" dan "tidak boleh". I'm nothing like that. I wont!

Selain kota bebas nyamuk, kota multi ras ini juga didesain dengan baik. Pemukiman yang nyaman, hijau, jalan beraspal yang mengingatkan saya film Dawson's Creek, dan danau Matano yang cukup lihai menipu mata. Waktu tiba pertama kali, saya menyangka sedang berada di
pantai. Saking luasnya danau ini. Rumput hijaunya di sepanjang pantai sungguh membasuh pekat di mata yang sebelumnya sudah dijejali dengan radiasi komputer, emisi gas buang dan promosi jumbo sale. I wanna lay down here for a year.
Sayang belakangan ini, kondisinya tidak terlalu diperhatikan sehingga banyak sampah plastik yang terseret ombak ke daratan. Bingkai yang buruk. .

Hal menyenangkan lainnya adalah, Jogging di tracking line. Tidak perlu takut terserempet kendaraan yang ugal-ugalan seperti di Kampus Unhas atau di pinggir jalan raya Makassar. Tempat ini lebih ramah pejalan kaki. Setelah menempuh jarak menanjak sepanjang 3,5 km, akhirnya saya tiba di puncak poci. Saya ingin berada di sini lebih lama. Tertimbun riuh daun, lalu bangkit kembali.

Setelah meninggalkan Sorowako selanjutnya waktu saya lebih banyak lunas di perjalanan. dari kota satu ke kota lain. Mencoba menghilang tapi selalu kesasar ke tempat yang hingar bingar.
Sebenarnya sepi.

Nanti setelah tiba di Kolaka Utara, saya kembali bernafas lega. Ternyata langit di sini dianugrahi bintang yang lebih banyak dari kota. Jauh lebih banyak!

Jadi seperti sebuah skenario film, cerita dibuka dengan awal yang bagus, klimaks di perjalanan dan ditutup dengan naskah yang dramatis dan melankolis. 15 hari tunggang langgang antara sorowako, wajo, sidrap, dan kolaka bukan sesuatu yang sia-sia. Jika hari ini saya belum mengerti untuk apa Tuhan mengatur skenarionya seperti ini, mungkin besok saya sudah paham.

Terima kasih Tuhan, Have i told you that i love you???