(tulisan ini dibuat pada tanggal 9 bulan 9 ramadhan 9 tapi baru bisa posting hari ini)Saya dulunya suka sekali dengan angka 9. Sekarangpun begitu. Dulu pernah punya nomor kesayangan 90900. Tapi rusak, diperbaiki, lalu hilang. Karena ini hari kesayangan saya, maka saya ingin melakukan sedikit flash back.
Saya pernah begitu ingin sekolah asrama, walau biayanya mahal dan sepertinya mustahil, Tuhan memberi saya. Saya bahkan diberi waktu 6 tahun untuk belajar.
Tapi saya tidak mempergunakannya dengan baik.
Saya pernah begitu ingin kuliah, bahkan sampai rela mati. Saya harus lulus PTN. Karena Ayah tidak akan mengizinkanku kuliah di PTS, alasannya biaya kuliah swasta itu mahal, dan karena saya PEREMPUAN..lalu TUHAN iba padaku, dan memberiku kesempatan. Tapi saya tidak memanfaatkan waktu itu secara maksimal.
Saya pernah punya sahabat yang melarang saya pacaran, dan menawarkan dirinya untuk selalu menemani saya, dan meyakinkan saya dengan kata : tidak cukupkah saya?
Tapi saya mengabaikan dan menyia-nyiakannya.
Saya pernah punya keluarga yang utuh. Bisa dibilang bahagia. Tapi saya tidak bisa menyelamatkan pernikahan mereka. Padahal jika tidak saya izinkan, kami masih bisa menikmati ramadhan ini bersama.
Saya pernah punya nenek yang sayang sekali sama saya. Penuh kasih sayang mengusap punggung saya (bahkan ketika saya dewasa). Menjagaku dari nyamuk saat menemaninya di kebun coklat. Menjunjung sekarung beras atau coklat kering ke pasar, supaya bisa memberi saya beberapa ratus ribu uang.
Tapi saya selalu melupakannya, dan tidak pernah punya cukup waktu untuknya, sampai akhirnya ia meninggal.
Saya pernah patah hati dan putus asa, karena orang yang pernah menyukai saya, akhirnya jenuh, tepat pada saat saya mulai mencintainya. Lalu tuhan menggantinya, dalam bentuk yang lebih baik.Tapi saya yang sok tahu menganggap pilihan tuhan sebuah lelucon.. Lalu saya membiarkannya berlalu.
Sekarang saya menyadari bahwa saya punya teman sejati yang selalu meredakan tangis saya, melegakan tenggorokan saya dari rasa sakit karena kesal, mendinginkan hati saya saat panas, menemani saya saat sendiri, mengerti saya di saat orang menghujat, tetap menerima saya meski selalu saya lupakan. Tidak pernah kapok memaafkan saya, meski saya sering mungkir dari janji saya padanya.
Tapi saya selalu menyalahkannya untuk semua kekacauan dalam hidupku. Saya selalu mengancam akan meninggalkannya, padahal saya tahu, tidak ada tempat lain yang bisa saya tuju.
Tuhan, yang maha punya semuanya, Terima kasih karena selalu saja meluluskan sebagian besar permintaanku, dan memberitahuku kenapa sebuah keinginan kadang tidak perlu menjadi kenyataan. Kau sudah menenangkan hatiku dari gemuruh amarah dan kecintaan pada dunia. Ramadhan ini, lapangkanlah hati saya untuk menerima semua cinta yang kau kirimkan dalam berbagai bentuk, menampung semua kasih sayang dan berkahmu sehingga tidak ada cukup ruang yang tersisa untuk kesal, dengki, iri hati, syak wasangka.
